Hal yang sangat mengejutkan bagi para
pencinta, pemerhati dan mungkin setiap orang bahwa setiap hari 195 km2hutan
hujan tropik telah hilang menjadi jalan, lahan pertanian dan keperluan lainnya
(Myers 1991); 98 km2 tanah telah berubah menjadi padang pasir, 1,5 juta ton bahan
buangan beracun dilepaskan ke lingkungan, 50 sampai 100 species tumbuhan dan
binatang punah akibatpenggundulan hutan (Myers, 1991). Meningkatnya populasi
manusia yang puluhan bahkan ratusan ribu orang per hari telah meningkatkan
kebutuhan untuk makanan, air, perumahan dan sumber lainnya. Akibat semua di
atas maka planet bumi menjadi lebih panas, hujan menjadi sedikit asam, dan
jaringan kehidupan menjadi tercabik-cabik (Chiras, 1993).
Berdasarkan angka statistik di atas
para pengamat menyimpulkan bahwa: masyarakat manusia sedang menuju kepada
kepunahan. Hal ini bukan hanya manusia sedang berada dalam malapetaka yang
sangat besar tetapi manusia tak mampu lagi hidup di planet bumi setelah malapetaka
lingkungan telah berlangsung sejak lima-enam dekade yang lalu. Kondisi seperti sekarang
ini bila dilihat sepintas seolah-olah manusia harus memilih satu diantara dua
pilihan, yaitu: apakah membangun dan berkembang terus dengan kemungkinan
menjadi punah atau berhenti di tempat (stagnant) dengan segala kemiskinan yang
diakibatkan oleh status quo tidak berkembangnya itu (Zen, 1979). Akan tetapi
jika dikaji lebih mendalam sampai kepada akar permasalahannya (root causesnya)
tak menutup kemungkinan akan ada perspektif pemikiran baru untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Kenyataan yang ada sekarang dan bahkan sejak lima dekade
lalu, angka laju pertambahan populasi manusia masih tinggi kira-kira 1,8% per
tahun. Hal ini tentu akan memacu pemenuhan kebutuhan manusia dengan cara
mengeksploitasi sumber daya dengan dibantu kemajuan ilmu dan teknologi.
Akibatnya lingkungan alami yang bebas pengaruh manusia semakin berkurang dan lingkungan
buatan yang dikenai pengaruh manusia makin bertambah. Selain itu, akibat
eksploitasi sumber daya dan industrialisasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi
telah menghasilkan akibat sampingan utama yaitu menurunnya ketersediaan
sumberdaya dan kualitas lingkungan. Hal ini pula yang menjadi tantangan kita
semua dan bagaimana seharusnya kita menyikapi serta berperan aktif didalam
menghadapi tantangan ini.
Masalah lingkungan sudah merupakan
masalah semua bangsa di dunia, dengan dua tantangan yang dihadapi yaitu menjaga
keberlanjutan ketersediaan
sumber daya alam dan memelihara kualitas lingkungan hidupnya. Agar proses
pembangunan dapat terus berlangsung maka di dalam memecahkan masalah lingkungan
tersebut harus mengacu kepada tiga hal yaitu menyadari adanya masalah, memahami
akar penyebab (root causes) dan menentukan strategi yang berpegang pada prinsip berkelanjutan.
AMDAL merupakan tahapan di dalam perencanaan suatu kegiatan untuk menentukan
apakah kegiatan pembangunan tersebut dapat dilaksanakan atau tidak. Hal ini
berarti bahwa apakah kegiatan tersebut menerapkan strategi yang berpegang pada
prinsip berkelanjutan dan memperhatikan aspek ekonomi, sosial budaya dan
ekologi. Hal yang lebih penting adalah menciptakan strategi yang berpegang pada
prinsip berkelanjutan (konservasi, daur ulang, penggunaan sumberdaya yang dapat
diperbaharui, pengendalian penduduk, regenerasi atau restorasi) dengan
memperhatikan root causesnya. Pembangunan masyarakat yang menerapkan prinsip
berkelanjutan (sustainable society) tak bisa ditawar lagi dan diperlukan
perubahan
dalam kebijakan pemerintah, tindakan hukum dan perubahan gaya hidup. Sustainable
society merupakan masyarakat yang memegang teguh sustainable ethics di dalam
setiap tindakannya. sebagai penerus bangsa kita harus menjadi pelopor dan mengambil peran
aktif di dalam membangun sustainable society.