,

Selasa, 13 Mei 2014

DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP LINGKUNGAN


Hal yang sangat mengejutkan bagi para pencinta, pemerhati dan mungkin setiap orang bahwa setiap hari 195 km2hutan hujan tropik telah hilang menjadi jalan, lahan pertanian dan keperluan lainnya (Myers 1991); 98 km2 tanah telah berubah menjadi padang pasir, 1,5 juta ton bahan buangan beracun dilepaskan ke lingkungan, 50 sampai 100 species tumbuhan dan binatang punah akibatpenggundulan hutan (Myers, 1991). Meningkatnya populasi manusia yang puluhan bahkan ratusan ribu orang per hari telah meningkatkan kebutuhan untuk makanan, air, perumahan dan sumber lainnya. Akibat semua di atas maka planet bumi menjadi lebih panas, hujan menjadi sedikit asam, dan jaringan kehidupan menjadi tercabik-cabik (Chiras, 1993).
Berdasarkan angka statistik di atas para pengamat menyimpulkan bahwa: masyarakat manusia sedang menuju kepada kepunahan. Hal ini bukan hanya manusia sedang berada dalam malapetaka yang sangat besar tetapi manusia tak mampu lagi hidup di planet bumi setelah malapetaka lingkungan telah berlangsung sejak lima-enam dekade yang lalu. Kondisi seperti sekarang ini bila dilihat sepintas seolah-olah manusia harus memilih satu diantara dua pilihan, yaitu: apakah membangun dan berkembang terus dengan kemungkinan menjadi punah atau berhenti di tempat (stagnant) dengan segala kemiskinan yang diakibatkan oleh status quo tidak berkembangnya itu (Zen, 1979). Akan tetapi jika dikaji lebih mendalam sampai kepada akar permasalahannya (root causesnya) tak menutup kemungkinan akan ada perspektif pemikiran baru untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Kenyataan yang ada sekarang dan bahkan sejak lima dekade lalu, angka laju pertambahan populasi manusia masih tinggi kira-kira 1,8% per tahun. Hal ini tentu akan memacu pemenuhan kebutuhan manusia dengan cara mengeksploitasi sumber daya dengan dibantu kemajuan ilmu dan teknologi. Akibatnya lingkungan alami yang bebas pengaruh manusia semakin berkurang dan lingkungan buatan yang dikenai pengaruh manusia makin bertambah. Selain itu, akibat eksploitasi sumber daya dan industrialisasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi telah menghasilkan akibat sampingan utama yaitu menurunnya ketersediaan sumberdaya dan kualitas lingkungan. Hal ini pula yang menjadi tantangan kita semua dan bagaimana seharusnya kita menyikapi serta berperan aktif didalam menghadapi tantangan ini. 


Masalah lingkungan sudah merupakan masalah semua bangsa di dunia, dengan dua tantangan yang dihadapi yaitu menjaga keberlanjutan ketersediaan sumber daya alam dan memelihara kualitas lingkungan hidupnya. Agar proses pembangunan dapat terus berlangsung maka di dalam memecahkan masalah lingkungan tersebut harus mengacu kepada tiga hal yaitu menyadari adanya masalah, memahami akar penyebab (root causes) dan menentukan strategi yang berpegang pada prinsip berkelanjutan. AMDAL merupakan tahapan di dalam perencanaan suatu kegiatan untuk menentukan apakah kegiatan pembangunan tersebut dapat dilaksanakan atau tidak. Hal ini berarti bahwa apakah kegiatan tersebut menerapkan strategi yang berpegang pada prinsip berkelanjutan dan memperhatikan aspek ekonomi, sosial budaya dan ekologi. Hal yang lebih penting adalah menciptakan strategi yang berpegang pada prinsip berkelanjutan (konservasi, daur ulang, penggunaan sumberdaya yang dapat diperbaharui, pengendalian penduduk, regenerasi atau restorasi) dengan memperhatikan root causesnya. Pembangunan masyarakat yang menerapkan prinsip berkelanjutan (sustainable society) tak bisa ditawar lagi dan diperlukan
perubahan dalam kebijakan pemerintah, tindakan hukum dan perubahan gaya hidup. Sustainable society merupakan masyarakat yang memegang teguh sustainable ethics di dalam setiap tindakannya. sebagai penerus bangsa kita harus menjadi pelopor dan mengambil peran aktif di dalam membangun sustainable society.